Selasa, 11 Februari 2014

Muhasabah

Lagi-lagi pikiranku membayang
Manis warna-warni keindahan
Tapi bukankah waktu baru berjalan belum sampai setengah minggu saat aku diam merenungi?
Janganlah prasangka menghancurkan keyakinan
Ku harus belajar banyak menerima
Bukankah sujudku belum sempurna?
Pantaskah bila ku mengharap banyak pada-Nya?
Ikhtiarku saja masih belum apa-apa
Ampuni aku
Seharusnya aku bersyukur

Minggu, 09 Februari 2014

Jika pilihan pertama tidak, mungkin yang kedua lebih baik

Yaa
Kalau mau menuntut itu dipikir-pikir dulu deh. Sebelumnya, mawas diri. Lihatlah diri ini. Seperti apa aku? Bagaimanakah aku? Apa yang sudah aku lakukan?
Setelah itu lihat dulu apa yang aku tuntut. Layak nggak aku terima itu dengan diri yang seperti ini?

Aku merasa sudah maksimal dan sudah seharusnya aku menerima itu.
Ahh.. Benarkah?
Coba bercermin lagi!
Apakah maksimal itu menurut aku saja?
Bisa jadi, perbaiki diri dulu deh
Tidak! Orang lain juga bilang kalau aku sudah benar-benar pantas menuntutnya.
Lihat lagi apa yang ku tuntut. Apakah nanti akan menguntungkanku saja, atau dengan orang lain? Atau malah merugikan orang lain, bahkan aku sendiri? Mana aku tahu?

Sudahlah. Perbaiki diri dulu. Maksimalkan. Tuhan tidak akan mengkhianati niat baik. Jika tidak di dunia, yaa di akhirat nanti. Bukankah tiada sebanding kenikmatan dunia dengan akhirat?

Jangan hanya mengagungkan emosi, ego dan mudah dipengaruhi. Katanya sudah dewasa?

Sabtu, 08 Februari 2014

Isi otakku Sabtu dini hari

Dan ketika segalanya kelabu
Kabut-kabut putih menutupi pandanganmu
Tak mampu kau lihat jalan di depan
Angin-angin membawa suara yang menelusup ke ruang imajinasimu, kacau
Kau enggan untuk melanjutkan gerak kaki
Perlahan semakin diam dalam gundahmu
Andai saja kau tak menangisi, mungkin kau sudah sampai
Tapi mungkin kau belumlah pantas berada di sana
Jadilah kerumitan ini menghalangimu
Jangan salahkan keadaan, salahkan dirimu
Dan segalanya akan segera selesai
Itu urusanmu

Kamis, 06 Februari 2014

Pada sisi baiknya

Sakitmu begitu menyakitkankah? Tiada yang lebih sakit dari rasa yang membuatmu tak berhenti merintih?
Apakah kau merasa tiada lagi yang bisa kau lakukan selain meratapi lukamu?
Tiadakah yang melebihi pahit nasibmu?
Pernahkah kau menatap dunia yang luas ini sejenak di sela kesakitanmu?
Kau akan sembuh bila kau mengerti
Menangislah sejadinya kala perih itu mendera
Namun
Ingatlah hari-hari dimana kau berlarian ceria bersama tawamu
Apa saja yang kau perbuat pada langkah-langkah masa sehatmu?
Kenanglah
Kan kau temukan jawaban jika kau memahami
Dan satu nasehat yang pernah kudengar untuk kau ketahui, sungguh tiada apa-apanya segala rasa sakit penyakit di dunia ini dibanding siksa di akhirat

- Setahun

Setahun yang lalu

Seringkali di malam yang hujan turun rintik-rintik tersapu angin dingin, aku teringat akan waktu ketika aku tiba-tiba saja berada disana untuk pertama kalinya
Tepat setahun yang lalu saat-saat itu terjadi

Buliran hujan tak membasahi malam ini
Sayup-sayup kudengar merdu ayat-ayat kalam terlantunkan
Pikiranku melayang mengenang
Ahh.. Begitu cepat hari-hari membawa kehidupanku
Setahun tanpa terasa terlewati semenjak hari itu terjadi

Aku selalu menyimpan setiap potong peristiwa
Karna potongan-potongan itu adalah kehidupan masa laluku
Karna setiapnya berarti
Setiapnya takkan terlupa

Tak terkecuali
Malam setahun yang lalu dan tujuh hari yang mengikutinya
Mengesankan
Mengharukan
Mengantarkanku pada akhir kisah lama yang berganti pada kisah baru

Tapi bukanlah apa yang terjadi tujuh hari setahun yang lalu saja
Ada pula pada waktu setelahnya dan sampai detik ini
Beberapa hal yang aku coba tuk memahami
Apa-apa saja yang ingin kumengerti
Tentang rasa
Rasa sakit
Rasa takut
Rasa sesal
Rasa duka
Rasa haru
Rasa khawatir
Rasa sayang
Dan tanpa kusadari terselip rasa yang lain
Entahlah untuk rasa yang terakhir ini
Yang rasanya bukan untuk yang sama dengan rasa-rasa sebelumnya
Yang seharusnya kuakhiri, namun sungguh tak mudah
Dan semua rasa itu masih ada
Masih terasa
Semoga cepat sembuh