Sabtu, 28 Februari 2015

Saat itu

Tadinya aku ragu
Perlahan kucoba lakukan
Mataku melirik sedikit rautmu
Saat kau menyadari berbalik menatapku
Kukembalikan pandanganku ke depan, berpaling
Ya Tuhan, begitu cepat hari itu berlalu
Namun meninggalkan kenangan yang mengusik
Rasa yang mengganggu tanpa terasa merasuki
Setelah begitu kuat kupagari dan kini, kembali terbuka
Jika saja hari itu tak pernah ada,
Mungkin sampai saat ini tak akan ada harapan-harapan yang kuciptakan
Tak akan ada risau
Bahkan masih terjaga prinsip yang tengah kugenggam
Sayangnya segalanya terjadi dan penyesalan tak berarti
Kini, harus ku lenyapkan paksa semua untuk menyembuhkan luka
Mengusir kenangan-kenangan
Andaikan memang Tuhan berkehendak, aku yakin aku bisa

Senin, 16 Februari 2015

Harus pergi

Sebenarnya aku ingin pergi dan tak pernah kembali
Segera
Karna tak ingin rasa ini semakin berkembang, membuka luka
Karna kutahu akhirnya pun ku harus pergi
Tapi begitu tak mudah
Apakah hanya waktu yang mampu perlahan menghadirkan kenyataan yang mesti diterima
Apakah harus kutunggu segalanya mengalir begitu saja
Yang perlahan kan mengeringkan luka

Sabtu, 14 Februari 2015

Untitled

Jika tiada sepotong pun kepastian itu, jangan berharap untuk mempertahankan
Hanya akan menyita kepingan-kepingan hidup yang berarti, dan waktu terlewati
Seandainya segala yang tengah terjadi begitu indah, apakah kau yakin itu bukan dari sisi dirimu saja?
Semoga saja engkau tak lupa bahwa ketentuan-Nya bisa saja jauh bertentangan dari yang kau duga
Semoga saja, jarak antara kita bukanlah penyesalan-penyesalan tak berguna

Rabu, 11 Februari 2015

Masih perlu editing

Dear my future husband,
Maafkan aku yang lengah menjaga hati
Masih saja mengisinya dengan yang selainmu
Karna aku sungguh tak tahu siapa engkau dan namamu untuk kuukirkan dalam hati ini
Begitu, alasan yang menjadi sebab
Kau tahu, semakin bertambah usiaku
Semakin ingin kutahu siapa dirimu, imam dalam setiap sujudku pada-Nya
Siapapun engkau, kuyakin kaulah pilihan terbaik-Nya untukku
Kuharap selalu kau bimbing aku menuju ridha-Nya
Meski menerimaku sungguh apa adanya
Maafkan aku jika waktu memantaskan diri tak kumaksimalkan
Hingga ketika bertemu denganmu, diri ini masihlah banyak mengecewakan
Maafkan aku,
Yang pernah menangisi lelaki lain karena perasaanku yang terluka
Yang pernah merangkai bayangan indah hidup dengannya
Yang berharap menjadi pendampingnya, bahkan sampai detik ini
Maafkan aku,
Jika penantian ini tak sabar lekas kuakhiri padahal masih harus kulakukan perbaikan diri
Sungguh karna aku ingin menghapus rasa untuknya kini,
Karna aku tak akan mungkin benar-benar berharap bahwa dia adalah dirimu
Aku tak pantas

Yang kini pernah kupanggil kamu

Adakah engkau memahami?
Di setiap celah rangkaian kata
yang memenuhi kepalaku masih ada namamu
Aku benci keadaan ini
Aku benci pada harapan-harapan tak pasti
Apakah aku hanya terlalu berharap?
Besar rasa?
Sungguh aku benci begini, berlebihan
Sungguh aku ingin berlari, namun kau tak pergi
Dan aku mesti pintar menahan diri
Perlahan memaksa berdamai
Menikam setiap rasa yang semakin mendalam

Senin, 02 Februari 2015

Keluargaku tercinta

Aku ingin sebenarnya, meringankan beban kedua orangtuaku
Bukan seperti sekarang ini yang justru memberi beban
Bagaimanalah, jalanku di sini pun masih panjang
Dan melepas ini semua rasanya tak mungkin
Aku telah memperjuangkannya dan pasti mereka tak setuju
Tapi aku tidak bisa mendengar ini dan diam saja
Apa yang harus kulakukan?
Untuk bapak, ibu dan kedua adikku

B

Apakah setelah A harus B
Bukankah tidak begitu
Bisa saja tetap A meski itu yang lain
Atau langsung C, melompat ke F
Atau bahkan sejauh T pun ke Z
Tapi ini bukan permainan huruf
Ini perasaan

Sebuah Rahasia

Sekali lagi, ku alirkan air mata untuk seorang lelaki
Yang seumur hidup ini baru yang kedua kalinya
Sebuah rahasia atas perasaan yang kupendam, karna sesuatu telah terungkapkan
Dan yang mengejutkan, dia menyatakan memiliki rasa yang sama
Entahlah aku merasa senang atau malah terluka
Ini menyesakkan
Aku tentu saja bersyukur kalau dia benar-benar memiliki rasa itu
Tapi aku masih sulit mempercayainya
Tidak yakin
Salahkah?
Aku tahu tiada sesuatu yang mustahil
Hanya aku merasa segalanya tidak mungkin
Kufurkah sikapku?
Naudzubillah
Sebenarnya kekhawatiran ini muncul disebabkan atas keadaan yang kupikirkan
Ya, siapa dia siapa aku
Tepatnya dia siapa dan aku bukan siapa-siapa
Aku takut
Walaupun sesungguhnya ini dapat memotivasiku menjadi lebih baik
Namun aku tak yakin,
Apakah dia mau mempertahankan dan menanti

Sebuah Rahasia

Sekali lagi, ku alirkan air mata untuk seorang lelaki
Yang seumur hidup ini baru yang kedua kalinya
Sebuah rahasia atas perasaan yang kupendam, karna sesuatu telah terungkapkan
Dan yang mengejutkan, dia menyatakan memiliki rasa yang sama
Entahlah aku merasa senang atau malah terluka
Ini menyesakkan
Aku tentu saja bersyukur kalau dia benar-benar memiliki rasa itu
Tapi aku masih sulit mempercayainya
Tidak yakin
Salahkah?
Aku tahu tiada sesuatu yang mustahil
Hanya aku merasa segalanya tidak mungkin
Kufurkah sikapku?
Naudzubillah
Sebenarnya kekhawatiran ini muncul disebabkan atas keadaan yang kupikirkan
Ya, siapa dia siapa aku
Tepatnya dia siapa dan aku bukan siapa-siapa
Aku takut
Walaupun sesungguhnya ini dapat memotivasiku menjadi lebih baik
Namun aku tak yakin,
Apakah dia mau mempertahankan dan menanti

Hari itu

Sudah tiada curahan hati yang terbagi untuk sahabat dekatku
Tiada lagi waktu yang tersita untuk merasakan ini
Sesungguhnya aku menyesal kelepasan mengenai ini yang mestinya terjaga
Sesungguhnya dia tak boleh tahu
Namun semua sudah terlanjur dan
Biarlah Dia melalui waktu menjadikan segalanya cepat berlalu
Semoga