Minggu, 27 Oktober 2013

Inspirasi Pagi

Wahai mentari
Malas kah engkau memancarkan cahayamu pagi ini?
Lelah kah engkau akan kutukan para pengumpat karna panasmu?
Ataukah gerimis merengek ingin mengawali hari ini?
Tersenyumlah seperti biasanya
Bernaung di langit-langit tanpa awan hitam
Membawa cahayamu
Tak perlu pedulikan suara-suara pengumpat itu
Biarlah Ia yang memberi perhitungan

Kamis, 24 Oktober 2013

Inspirasi Malam

Aku menulis kata-kata. Bukan untukmu, atau untuknya
Di kesenyapan malam gulita kuhidupkan dua lilin kecil. Untuk menemaniku.
Kudengar nyanyian binatang malam diiringi detakan jarum jam, tetesan air di kamar mandi, dan orang tadarus dari radio tua samar-samar.
Langit ini banyak bertebaran bintang. Aku tidak memandanginya, di luar udara terasa dingin.
Aku masih menulis ketika perlahan lilin mulai habis.
Kupandangi secarik kertas yang sedari tadi berada di meja kayuku, yang kutulisi isi pemikiranku.
Yang kupikirkan adalah yang aku rasakan.
Ini bukan soal percintaan, melainkan tentang harapan.
Tlah usai ku menulis impianku, masa depanku.
Aku bergegas tidur, agar pagi-pagi aku terbangun, untuk mulai memperjuangkan apa yang ku tulis.

Kamis, 17 Oktober 2013

Inspirasi Malam

Malam-malam kudengar samar-samar alunan tembang-tembang lawas dari radio tua
Lagu yang pernah kudengar mungkin satu setengah dekade yang lalu
Ia membawaku pada kenangan masa-masa kecilku
Lantas kupandangi rumahku
Rumah kecilku
Sejak dua tahun setelah kelahiranku, bapak ibuku membawaku kesini, rumah sederhana tak bertetangga
Sepanjang hari bertemankan sepi sampai pada akhirnya hampir ratusan rumah kini berpenghuni entah itu tetap atau hanyalah sementara
Mulai ramai
Tapi, malam ini
Ketika semakin larut malam merengkuh
Disaat aku duduk sendiri mengamati sudut ruang tempat ternyaman untuk pulang ini
Dan dimana aku ingat masa-masa aku tanpa adik-adikku
Kini
Usiaku menginjak sembilan belas dan tengah berlari menggapai dua puluh
Aku ingat lagi, pertama aku disini dan sekarang
Sejak 02 dan menuju 20
Aku hampir tak percaya
Aku masih disini
Tetap menghabiskan mimpi panjang disini
Melihat teman-temanku mengadu nasib di kota lain, sedang aku sejak tanggal tujuh bulan enam tahun satu sembilan sembilan empat sampai hari ini menghembuskan nafas-nafasku di kaki bukit Tidar ini
Aku sembilan belas tahun di Magelang, tujuh belas tahun di Perumti
Betah? Mungkin dibetah-betahin. Entahlaahh..
Selalu gagal meninggalkan tempat ini.
Mungkinkah selamanya aku di Magelang? Karna tidak mungkin tetap di rumah ini
Dan sampai hari terakhir nyawaku menempati ragaku, udara Magelang lah yang terakhir kuhirup, langit Magelang lah yang terakhir kulihat, lalu ragaku menyatu dengan tanah Magelang
Bisa jadi

Kamis, 10 Oktober 2013

Inspirasi Senja

Sendiri tak berarti kesepian
Bukanlah sebuah kesedihan, inilah pilihan
Apa salahnya menjaga diri sendiri?
Memberi batasan
Perasaan tak perlu diumbar
Biarkan terpendam menanti waktu yang telah ditetapkan
Entah akan terjaga tersimpan, atau hilang perlahan
Tak perlu memberi harapan kalau memang tidak
Tak perlu menyakiti orang demi mencari aman
Allah pasti menilai memberi penghargaan
Yang baik dengan yang baik
Baik yang sesungguhnya, bukan kepura-puraan
Hanya Dia-lah yang tau apalah isi hati yang sebenarnya
InsyaAllah