Senin, 07 Desember 2015

Aku biasa tak menyesali apa yang aku lakukan
Karenanya aku belajar
Karenanya ada pelajaran
Namun ada satu hal
Entah aku menyesal atau tidak
Tapi membuatku tak tenang

Rabu, 12 Agustus 2015

Kamu

amu adalah ketidakmungkinan yang seharusnya kuhindari

Begitu sulit kurelakan kenangan yang pernah terjadi untuk dilupakan

Dan justru berkeinginan untuk melengkapi jalan ceritanya

Aku bahkan selalu meragukanmu di waktu yang sama aku merindukan kata-katamu

Kamu adalah kemungkinan yang tidak kuyakini

Meskipun terkadang, terselip harap untuk selalu bersama-sama denganmu di saat yang sama ingin ku pergi dari duniamu

Aku telah berusaha dan aku senang sekali menyerah

Aku telah membagi segenap rasa dengan yang lain, tapi hanya terbagi dan untukmu tak dapat terganti, apalagi termusnahkan

Kamu adalah seseorang yang seharusnya tak pernah memberiku kebahagiaan seperti ini, karna bersamanya kuciptakan luka di hatiku sendiri

Kamis, 30 Juli 2015

So sorry

Aku tau aku pun masih berjalan di setapak
Ketika hujan membuat tanah menjadi lembek
Dan kaki ini terkena kotornya
Aku tau aku masih basah terkena tampias gerimis
Masih terasa lelah-lelah perjuangan itu
Namun apakah ini menjadi sebab untuk aku tidak boleh mengharap seseorang yang lebih
Lebih dari dirinya yang kemarin dan diriku
Apakah salah jika aku tak ingin menerima apa adanya sedang aku pun tak ingin diterima apa adanya
Bukankah bermimpi besar untuk diwujudkan
Bukankah manusia diwajibkan untuk memperjuangkan kebahagiaannya
Mungkin tak sedikit yang kan menghujatiku caci
Sungguh, aku tak hanya menuntut
Setiap hariku memberi semangat dan semoga dihargai
Setiap hariku memberi kode dan semoga dipahami
Setiap hariku memberi doa agar keajaiban memudahkan jalan takdirnya
Maafkan aku
Begitu sulitnya
Itu mengenai penerimaan
Sedangkan perasaan, mungkin berkata berbeda

Rabu, 22 Juli 2015

Pagi di balik jendela kaca

Kau bisa tersenyum bahagia kini sampai bahkan kau tidak tahu kapan akan berakhir
Waktu yang berjalan tak sekedar melukis kenangan baru
Namun, meninggalkan jejak dalam ruang ingatan
Seharusnya tak perlu berlebihan menanggapi yang terjadi dan yang kau rasakan
Bukankah kau tak tahu setiap misteri masa depan?
Jika saja yang menjadi kenyataan bukanlah bagian dari harapan-harapan,
Kecewamu dapat meluap-luap

#FK || sudahkah kamu move on? ☺

Senin, 06 Juli 2015

Lebaran 2015

Tidak ada baju baru
Tidak ada kue bertoples-toples
Tidak ada jatah hari raya
Tidak ada sirup-sirup
Tidak ada opor ketupat
Bahkan tidak ada mudik pulang kampung
Semenjak aku memutuskan untuk melanjutkan studi, sadar beban finansial keluarga semakin berat
Dulu bisa saja aku kuliah sambil tetap bekerja
Tapi bagaimana jika semua sudah berjalan seperti ini
Lalu kucoba merenungi
Bukankah makna fitri adalah hati suci
Bukan pernik lebaran yang semakin salah kaprah
Tapi sesungguhnya bukan itu yang kubandingkan
Ini mengenai beban finansial yang ditanggung bapakku
Rasanya ingin berhenti dan kembali bekerja membantu meringankan
Tapi itu juga bukan cara yang bijak
Bahkan nilai-nilai kuliahku justru jeblok
Kenapa justru mengecewakan
Ahh.. Ini tugasku
Pasti ada jalan pasti
Hanya jika mau berjuang
Ayolah jangan ikut meratapi
Bolehlah menangis tapi kaki jangan berhenti berlari
Jika hari raya ini dengan hilangnya semua yang biasa ada aku merasa keluargaku berada di bawah roda
Yang bisa dilakukan hanyalah naik.. Melompat
Jangan pernah minta dikasihani karna itu merendahkan segalanya

Sabtu, 27 Juni 2015

Tanpa isi hati

Hati tak pernah bisa kosong
Seperti kertas putih tanpa coretan, tanpa tulisan
Selalu ada yang menaungi
Walaupun tak ada seseorang yang ada di sisi
Hati tak pernah bisa kosong
Dan bila itu terjadi, setiap waktu adalah mencari

Jumat, 26 Juni 2015

Teruntuk engkau di sana

Apa kamu pernah bermimpi ingin bersamaku?
Menghabiskan sisa perjalanan hidupmu hanya denganku
Apa kamu pernah teramat ingin memilikiku?
Menyambut pagi berdua denganku
Menutup malam dengan senyumku
Apa kamu sungguh pernah menginginkannya?
Ataukah kau masih mengharapkannya?
Katakan...

Jumat, 19 Juni 2015

Suatu hari di awal bulan itu

Tiba-tiba teringat kembali hari itu. Sehari bersamamu yang menyakitkan. Ketika sebenarnya kedua orang tuaku tidak mengizinkan, tapi aku berusaha meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Dan pada akhirnya, yang telah terjadi begitu sulit dilupakan. Hanya jalan berdua sepanjang jalan beberapa kilo, sarapan bersama, lalu malamnya nonton di bioskop mall kotaku.
Semua awalnya biasa saja. Dan semenjak hari itu terjadi, kebersamaan itu, aku takut akan kehilangan yang nyatanya telah terjadi. Perasaan justru menjadi ada. Air mata untuk kedua kali sudi kualirkan hanya demi seorang laki-laki.
Kini, aku kembali biasa saja. Dan ketika kamu menelponku mengucapkan selamat ulang tahun, ibuku yang mendengarkan bilang bahwa jawabanku di telepon itu sinis. Padahal aku biasa saja. Menanggapi sewajarnya sesuai mood. Karna itu hari ulang tahunku, aku tentu saja sedang goodmood.
Tapi diam-diam aku renungkan, sepertinya aku memang kurang menyukaimu. Entahlah. Setiap kamu update, share atau melakukan apapun yang dapat kuketahui di akun sosial mediamu, rasanya bikin ill feel.
Setiap iseng mencoba stalking akun facebookmu, justru banyak yang tidak kusuka ketika membacanya.
Sayangnya, terasa berbeda sensasinya jika aku mengingat hari itu. Hari di mana kedua kali kita bertemu setelah pertemuan pertama adalah perkenalan tak disengaja.
Kemudian mengingat bagaimana aku menatap ibuku dengan muka bersalah. Aku mendesak beliau mengizinkan pergi malam-malam sekali saja. Namun setelah tahu bahwa aku yang membayari nonton 3 orang di akhir pekan malam itu, nampaknya beliau kecewa. Aku tahu sebaiknya aku tidak membicarakan dan mengungkit materiil. Hanya saja dengan kesulitan yang memang kami alami, bagi ibuku itu menyebalkan. Apalagi kamu membawaku pergi tanpa menjemput meminta izin. Hanya mengantar pulang saja. Buruklah kamu di mata orang tuaku.
Aku tidak bermaksud menagih. Aku sudah mengikhlaskannya.
Ibuku juga tidak menceritakan kepada bapak. Ini bukan mengenai nominalnya, tapi tanggung jawabnya, begitu kata beliau.
Biarlah. Anggap saja sebagai tuan rumah aku mentraktirmu.
Entah kenapa aku menulis ini dan mempostingnya. Tapi aku juga yakin kalau kamu tidak akan membacanya. Jadi aman lah aku membicarakan apa saja. Kalau dibaca orang lain ya biarkan menjadi pelajaran bagi mereka agar tidak sama dengan kita yang seenaknya terhadap orang tuaku.
Sebentar lagi kamu menikah. Ahh aku sudah rela kok. Jadi jangan khawatir aku sedih kehilanganmu. Tidak. Aku merindukan masa lalu kita saja. Bukan masa depan. Walaupun sebenarnya aku ingin sekali terakhir bertemu denganmu lagi sebelum kau menjadi milik perempuan itu. Sekedar bercerita akan hal yang pernah membuatku menggantung lalu tiba-tiba dijatuhkan. Tidak. Aku tidak akan menyalahkanmu. Sungguh aku hanya ingin membicarakan yang baik-baik saja.
Atau memiliki sesuatu yang spesial darimu untuk kukenang. Bukannya aku meminta-minta. Aku hanya ingin mempunyai kenang-kenangan darimu.
Sudahlah. Apapun yang kutulis tidak untuk membuat siapapun merasa yang tidak enak tidak enak. Aku tidak apa-apa dan hidupku baik-baik saja.
Selamat malam. Sebentar tidur lalu bangun untuk makan sahur.
Semoga tidur membawa mimpi yang dapat mengubah jalan pikiranku. Untuk menelan segala rindu yang harus hilang.

Untukmu yang pernah 'tidak pernah ku panggil kamu'

Selasa, 09 Juni 2015

Tak ingin ku begini

Aku menulis di atas kertas
Untuk mengisahkan ruang hati yang ingin kuhapuskan sisa perasaan di dalamnya
Aku menulis di atas pasir
Untuk menunjukkan bahwa teramat sulit mengalihkan kenangan yang pernah terlewati bersama
Aku menulis di atas pikiranku
Untuk memaksaku melepas segala yang pernah terjadi, apapun
Jangan pernah lagi mengulangnya
Menyembuhkan tak semudah mengabaikan di awal
Ini bukan mengenai rasa yang sulit hilang, tapi
Tentang bagaimana aku setelah bersamamu

Senin, 08 Juni 2015

Bertahanlah

Kau takut terjatuh
Meski kau semakin kencang berlari
Meski kau semakin tinggi mendaki
Meski kau semakin banyak bergerak
Jauh kau dari perbincangan
Meskipun tidak menyendiri
Meskipun telinga tak ditutupi
Meskipun kau mendengar dan memahami
Lama yang kau rasa dalam kisah yang begitu singkat ini
Mungkin lagi-lagi kau bosan
Mungkin lagi-lagi tak menjumpai yang pernah diangan-angani
Mungkin lagi-lagi tak mensyukuri
Astagfirullah, kau ini
Jangan suka melepas yang telah kau gapai
Jangan suka mengabaikan yang pernah diperjuangkan
Kau mesti mensyukuri dengan menjaganya, apapun itu
Kau, ahh bukan, itu aku
Ya, aku seharusnya

Sabtu, 06 Juni 2015

Peranku

Di setiap sudut tempat untuk menepi
Mata yang memandang sendu
Bersahutan segala yang terbesit di kepala
Di saat aku bersandar pada dinding yang membatasi
Mempertanyakan arti memberi
Sudah kutuntaskan niat, namun bergejolak gerak melangkah pada jalan lain
Tidakkah bukan suatu kesalahan jika tak ingin melihat kepedihan itu
Muka letih dan tubuh yang mulai melemah
Meski di luar sana yang lebih menyedihkan berceceran, tapi
Mereka adalah darah yang menjadikan raga ini hidup
Yang selama ini menukar butir keringat dengan kebahagiaanku
Atau mengapa tak lagi aku berlari membawa pulang segenggam bintang?
Bukan seperti lakuku yang kupikir membuang beban
Memangnya mereka meengharapkan itu?

Kamis, 21 Mei 2015

Bagaimana bertahan

Aku bebatuan, sebongkah kecil di pinggir jalanan tanah
Aku berada di antara sejenisku, serupa
Meski tak sama,
Bebatuan yang keras bertahan di bawah tekanan segala yang melintasi
Terkadang hujan menjadikan tanah becek
Dan aku terancam lepas dari tanah
Aku tengah khawatir
Cemas pada hidupku

Minggu, 03 Mei 2015

Ada yang hilang

Terasa ada sesuatu yang hilang
Entah
Setiap kaki menginjak rumah di mana belasan tahun menjadi tempat pulang ke mana pun aku pergi
Saat dua wajah ditambah dua wajah menyambut kehadiranku yang apakah telah lama atau baru saja tak ditemui
Di mana telinga memasang dengar dan mulut mulai lincah menceritakan setiap jengkal perbuatan
Dan mulai hambar menyaksikan keadaan yang masih sama
Aku tahu kebahagiaan bukan terletak dari harta yang mencukupi segala pinta
Pun bukanlah limpahan kekayaan materi yang dapat menjamin semua baik-baik saja
Tapi, begitu berdosanya diri ini yang selama hidup sampai detik ini selalu menjadi beban
Semangat semangat perjuangan memperbaiki jalan hidup seakan menguap
Di mana mimpi-mimpi yang biasanya menggerakkan diri?
Ke mana janji-janji yang biasanya menjadi pacu untuk berlari?
Mengapa doa-doa berhenti?
Bahkan tiada lagi sembab bekas air mata yang senantiasa mengaliri pipi
Sesak, namun tak mampu menjadi pijak untuk kembali memasuki arena pertandingan
Tak peduli mereka telah jauh meninggalkan
Mengapa bisa terjadi?
Apakah sesuatu yang hilang?
Yang menyita harapan dan gerak juang?
Sehingga rumah ini seakan menertawaiku
Bertanya bawa apa dari pergimu?

Entahlah

Jalan baru selangkah terlalui
Namun lelah mulai mengusik
Siang terasa terik, malam terasa menggigilkan
Bintang di langit tak lagi menarik untuk ditatap
Tujuan terasa samar dari pandangan
Di sekeliling hanya keramaian yang selalu terabaikan
Mungkin, sejenak mengambil nafas melegakan tidak menjadi soal
Mungkin, berhenti sesaat dapat mengembalikan semangat
Entah... Entah....

Sabtu, 28 Februari 2015

Saat itu

Tadinya aku ragu
Perlahan kucoba lakukan
Mataku melirik sedikit rautmu
Saat kau menyadari berbalik menatapku
Kukembalikan pandanganku ke depan, berpaling
Ya Tuhan, begitu cepat hari itu berlalu
Namun meninggalkan kenangan yang mengusik
Rasa yang mengganggu tanpa terasa merasuki
Setelah begitu kuat kupagari dan kini, kembali terbuka
Jika saja hari itu tak pernah ada,
Mungkin sampai saat ini tak akan ada harapan-harapan yang kuciptakan
Tak akan ada risau
Bahkan masih terjaga prinsip yang tengah kugenggam
Sayangnya segalanya terjadi dan penyesalan tak berarti
Kini, harus ku lenyapkan paksa semua untuk menyembuhkan luka
Mengusir kenangan-kenangan
Andaikan memang Tuhan berkehendak, aku yakin aku bisa

Senin, 16 Februari 2015

Harus pergi

Sebenarnya aku ingin pergi dan tak pernah kembali
Segera
Karna tak ingin rasa ini semakin berkembang, membuka luka
Karna kutahu akhirnya pun ku harus pergi
Tapi begitu tak mudah
Apakah hanya waktu yang mampu perlahan menghadirkan kenyataan yang mesti diterima
Apakah harus kutunggu segalanya mengalir begitu saja
Yang perlahan kan mengeringkan luka

Sabtu, 14 Februari 2015

Untitled

Jika tiada sepotong pun kepastian itu, jangan berharap untuk mempertahankan
Hanya akan menyita kepingan-kepingan hidup yang berarti, dan waktu terlewati
Seandainya segala yang tengah terjadi begitu indah, apakah kau yakin itu bukan dari sisi dirimu saja?
Semoga saja engkau tak lupa bahwa ketentuan-Nya bisa saja jauh bertentangan dari yang kau duga
Semoga saja, jarak antara kita bukanlah penyesalan-penyesalan tak berguna

Rabu, 11 Februari 2015

Masih perlu editing

Dear my future husband,
Maafkan aku yang lengah menjaga hati
Masih saja mengisinya dengan yang selainmu
Karna aku sungguh tak tahu siapa engkau dan namamu untuk kuukirkan dalam hati ini
Begitu, alasan yang menjadi sebab
Kau tahu, semakin bertambah usiaku
Semakin ingin kutahu siapa dirimu, imam dalam setiap sujudku pada-Nya
Siapapun engkau, kuyakin kaulah pilihan terbaik-Nya untukku
Kuharap selalu kau bimbing aku menuju ridha-Nya
Meski menerimaku sungguh apa adanya
Maafkan aku jika waktu memantaskan diri tak kumaksimalkan
Hingga ketika bertemu denganmu, diri ini masihlah banyak mengecewakan
Maafkan aku,
Yang pernah menangisi lelaki lain karena perasaanku yang terluka
Yang pernah merangkai bayangan indah hidup dengannya
Yang berharap menjadi pendampingnya, bahkan sampai detik ini
Maafkan aku,
Jika penantian ini tak sabar lekas kuakhiri padahal masih harus kulakukan perbaikan diri
Sungguh karna aku ingin menghapus rasa untuknya kini,
Karna aku tak akan mungkin benar-benar berharap bahwa dia adalah dirimu
Aku tak pantas

Yang kini pernah kupanggil kamu

Adakah engkau memahami?
Di setiap celah rangkaian kata
yang memenuhi kepalaku masih ada namamu
Aku benci keadaan ini
Aku benci pada harapan-harapan tak pasti
Apakah aku hanya terlalu berharap?
Besar rasa?
Sungguh aku benci begini, berlebihan
Sungguh aku ingin berlari, namun kau tak pergi
Dan aku mesti pintar menahan diri
Perlahan memaksa berdamai
Menikam setiap rasa yang semakin mendalam

Senin, 02 Februari 2015

Keluargaku tercinta

Aku ingin sebenarnya, meringankan beban kedua orangtuaku
Bukan seperti sekarang ini yang justru memberi beban
Bagaimanalah, jalanku di sini pun masih panjang
Dan melepas ini semua rasanya tak mungkin
Aku telah memperjuangkannya dan pasti mereka tak setuju
Tapi aku tidak bisa mendengar ini dan diam saja
Apa yang harus kulakukan?
Untuk bapak, ibu dan kedua adikku

B

Apakah setelah A harus B
Bukankah tidak begitu
Bisa saja tetap A meski itu yang lain
Atau langsung C, melompat ke F
Atau bahkan sejauh T pun ke Z
Tapi ini bukan permainan huruf
Ini perasaan

Sebuah Rahasia

Sekali lagi, ku alirkan air mata untuk seorang lelaki
Yang seumur hidup ini baru yang kedua kalinya
Sebuah rahasia atas perasaan yang kupendam, karna sesuatu telah terungkapkan
Dan yang mengejutkan, dia menyatakan memiliki rasa yang sama
Entahlah aku merasa senang atau malah terluka
Ini menyesakkan
Aku tentu saja bersyukur kalau dia benar-benar memiliki rasa itu
Tapi aku masih sulit mempercayainya
Tidak yakin
Salahkah?
Aku tahu tiada sesuatu yang mustahil
Hanya aku merasa segalanya tidak mungkin
Kufurkah sikapku?
Naudzubillah
Sebenarnya kekhawatiran ini muncul disebabkan atas keadaan yang kupikirkan
Ya, siapa dia siapa aku
Tepatnya dia siapa dan aku bukan siapa-siapa
Aku takut
Walaupun sesungguhnya ini dapat memotivasiku menjadi lebih baik
Namun aku tak yakin,
Apakah dia mau mempertahankan dan menanti

Sebuah Rahasia

Sekali lagi, ku alirkan air mata untuk seorang lelaki
Yang seumur hidup ini baru yang kedua kalinya
Sebuah rahasia atas perasaan yang kupendam, karna sesuatu telah terungkapkan
Dan yang mengejutkan, dia menyatakan memiliki rasa yang sama
Entahlah aku merasa senang atau malah terluka
Ini menyesakkan
Aku tentu saja bersyukur kalau dia benar-benar memiliki rasa itu
Tapi aku masih sulit mempercayainya
Tidak yakin
Salahkah?
Aku tahu tiada sesuatu yang mustahil
Hanya aku merasa segalanya tidak mungkin
Kufurkah sikapku?
Naudzubillah
Sebenarnya kekhawatiran ini muncul disebabkan atas keadaan yang kupikirkan
Ya, siapa dia siapa aku
Tepatnya dia siapa dan aku bukan siapa-siapa
Aku takut
Walaupun sesungguhnya ini dapat memotivasiku menjadi lebih baik
Namun aku tak yakin,
Apakah dia mau mempertahankan dan menanti

Hari itu

Sudah tiada curahan hati yang terbagi untuk sahabat dekatku
Tiada lagi waktu yang tersita untuk merasakan ini
Sesungguhnya aku menyesal kelepasan mengenai ini yang mestinya terjaga
Sesungguhnya dia tak boleh tahu
Namun semua sudah terlanjur dan
Biarlah Dia melalui waktu menjadikan segalanya cepat berlalu
Semoga