Dear my future husband,
Maafkan aku yang lengah menjaga hati
Masih saja mengisinya dengan yang selainmu
Karna aku sungguh tak tahu siapa engkau dan namamu untuk kuukirkan dalam hati ini
Begitu, alasan yang menjadi sebab
Kau tahu, semakin bertambah usiaku
Semakin ingin kutahu siapa dirimu, imam dalam setiap sujudku pada-Nya
Siapapun engkau, kuyakin kaulah pilihan terbaik-Nya untukku
Kuharap selalu kau bimbing aku menuju ridha-Nya
Meski menerimaku sungguh apa adanya
Maafkan aku jika waktu memantaskan diri tak kumaksimalkan
Hingga ketika bertemu denganmu, diri ini masihlah banyak mengecewakan
Maafkan aku,
Yang pernah menangisi lelaki lain karena perasaanku yang terluka
Yang pernah merangkai bayangan indah hidup dengannya
Yang berharap menjadi pendampingnya, bahkan sampai detik ini
Maafkan aku,
Jika penantian ini tak sabar lekas kuakhiri padahal masih harus kulakukan perbaikan diri
Sungguh karna aku ingin menghapus rasa untuknya kini,
Karna aku tak akan mungkin benar-benar berharap bahwa dia adalah dirimu
Aku tak pantas
Kata-kata itu menari-nari dalam ruang imajinasiku pada malam-malam sunyi. Ketika langit cerah penuh gemerlap bintang dan rembulan yang singgah dengan cahaya jingganya. Dan di saat mendung kelabu melukis langit bersama rerintikan gerimis. Maka kurangkai setiap ia hadir dalam catatan kecilku. Sebelum ia melayang dan tak pernah pulang
Rabu, 11 Februari 2015
Masih perlu editing
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar