Selasa, 24 Juni 2014

Gengsi

Gengsi. Penyakit ini selain menular, susah disembuhkan, juga mematikan. Mematikan ketentraman hidup. Menuruti gengsi harus siap menerima hati sesak, jiwa lelah dan pikiran kalut. Ukuran mentereng atau tidak itu relatif. Dari segi siapa yang memandang. Dan apakah guna mentereng atau tidak itu? Misal tempat kerja, di sana pendapatan lebih tinggi, itu sih tidak apa-apa. Tapi tentu saja, pendapatan tinggi berbanding lurus dengan tanggung jawabnya. Atau sekolah, perguruan tinggi, kualitasnya baik. Lulusan sana akan cepat mendapat kerja. Itu juga baik. Tapi juga harus disesuaikan dengan kemampuan. Kalau memang tidak mampu jangan dipaksakan. Apalagi sampai lewat jalur belakang. Atau membeli rumah, kendaraan atau peralatan lainnya, ingin beli yang mahal dan bermerk karena mempertimbangkan ukurannya, manfaatnya, keawetannya. Itu bahkan bagus. Jadi tidak boros berkali-kali membeli barang karena rusak. Dan itu tidak bisa disebut gengsi. Meskipun memilih yang terbaik, tapi tujuannya untuk memperoleh manfaatnya, bukan karena ingin dilihat mentereng lalu dipuji. Karena sesungguhnya, gengsi itu layaknya oplosan dari sombong, dengki, kufur, dan mungkin masih banyak lainnya.
Dan ahh.. Sulit sekali menghindari penyakit ini. Astagfirullah. Laa Illaaha Illa Anta Subhaanaka Inni Kuntu Minadzaalimiin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar