Gengsi. Penyakit ini selain menular, susah
disembuhkan, juga mematikan. Mematikan ketentraman hidup. Menuruti gengsi harus
siap menerima hati sesak, jiwa lelah dan pikiran kalut. Ukuran mentereng atau
tidak itu relatif. Dari segi siapa yang memandang. Dan apakah guna mentereng
atau tidak itu? Misal tempat kerja, di sana pendapatan lebih tinggi, itu sih
tidak apa-apa. Tapi tentu saja, pendapatan tinggi
berbanding lurus dengan tanggung jawabnya. Atau sekolah, perguruan tinggi,
kualitasnya baik. Lulusan sana akan cepat mendapat kerja. Itu juga baik. Tapi
juga harus disesuaikan dengan kemampuan. Kalau memang tidak mampu jangan
dipaksakan. Apalagi sampai lewat jalur belakang. Atau membeli rumah, kendaraan
atau peralatan lainnya, ingin beli yang mahal dan bermerk karena
mempertimbangkan ukurannya, manfaatnya, keawetannya. Itu bahkan bagus. Jadi
tidak boros berkali-kali membeli barang karena rusak. Dan itu tidak bisa
disebut gengsi. Meskipun memilih yang terbaik, tapi tujuannya untuk memperoleh
manfaatnya, bukan karena ingin dilihat mentereng lalu dipuji. Karena
sesungguhnya, gengsi itu layaknya oplosan dari sombong, dengki, kufur, dan
mungkin masih banyak lainnya.
Dan ahh.. Sulit sekali menghindari penyakit ini.
Astagfirullah. Laa Illaaha Illa Anta Subhaanaka Inni Kuntu Minadzaalimiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar